Jumat, 14 Februari 2014

Bisnis Mudah Modal Ratusan Ribu Raup Jutaan Rupiah

Dari judul artikelnya saja sudah cukup menarik, bisnis dengan modal terbatas/ratusan ribu rupiah saja namun bisa menghasilkan untung jutaan, puluhan juta hingga ratusan juta, apakah hal ini mungkin? saya rasa mungkin saja. Marilah kita coba melihat jenis bisnis dan peluang usaha apa saja yang sekiranya bisa seperti ini, dan mudah dilakukan tentunya.
Sebelum itu sebenarnya saya ingin berbagi pengalaman sedikit tentang bisnis dengan modal hanya beberapa ratus ribu rupiah saja namun bisa menghasilkan profit lebih dari 500% dan terus berlanjut tanpa harus susah-susah untuk melakukannya, tapi dijamun halal 100% lho ya, dan tentunya diperlukan kerja keras dan juga kerja cerdas.
Begini, suatu saat ketika saya mengembangkan bisnis web development dan juga digital marketing dan menemui beberapa klien misalnya klien properti dan juga beberapa kolega yang berbisnis rental mobil. Dari hal-hal inilah timbul pikiran dengan memanfaatkan teknologi internet saya rasa siapa saja bisa memasarkan produk tanpa harus membuat/memproduksi produk tersebut dan tentunya banyak keuntungan yang bisa didapat. Diantaranya yaitu dengan modal kecil kita bisa bermain bisnis besar (properti misalnya), dengan modal ratusan ribu kita bisa menjual jasa rental mobil mewah (sewa mobil alphard, camry, new accord dll). Kedua jenis usaha itu sudah saya lakukan dengan rekan satu team dan seluk beluk juga kendala kesulitannya sudah diketahui sehingga bisa saya tuliskan disini. Untuk lebih detail mari kita ulas lagi dibawah ini.
Bagaimana bisa disebut modal ratusan ribu rupiah dan profit jutaan? Begini, kami memanfaatkan sebuah website untuk melakukan promosi penjualan properti dan juga sewa mobil. Untuk membeli domain dan menyewa hosting adalah Sekitar 300 ribu per tahun untuk satu website, jika kita asumsikan dua website properti dan juga sewa mobil maka 600 ribu adalah modal dasar dalam satu tahun. Tentunya keahlian dan kreatifitas juga tidak bisa dilupakan disini misalnya bagaimana kita bisa menjalin kerjasama dengan partner yang memiliki prpduk yang akan kita jualkan, bagaimana negosiasi sharing feenya, dan juga bagaimana menjual secara efektif dari produk-prduk tersebut. Namun  disini saya bicara modal finansial yang terkadang menjadi gangguan atai kendala bagi sebagian orang yang akan membuka bisnis baru sedangkan peluang usaha sudah ada didepan mereka.
Dengan website/blog yang kami buat tersebut tentunya kami rajin untuk mempromosikan jasa atau produk yang ada didalam web terseebut misal di social  media seperti facebook dan twitter, forum-forum online dan juga tentu saja dengan teknik yang terpenting  SEO (Search Engine Optimization) sehingga website kami mudah ditemukan konsumen ketika konsumen mencari sebuah produk yang berhubungan dengan yang kami jual di mesin pencari Google.
Sekedar berbagi pengalaman saja untuk bisnis properti yang kami geluti relatif baru, kami bekerjasama dengan beberapa developer perumahan dan villa, tentu saja setiap penjualan yang kita lakukan akan mendapatkan fee sekitar 2.5%-5% cukup menarik bukan? Ada satu contoh sebuah transaksi yang bisa dinilai cukup besar yang hampir terjadi tapi mungkin belum rejekinya jadi belum terjadi hehe.. beberapa villa produk kami dengan harga 2.7M hampir dibeli buyer, mereka sudah meninjau lokasi, partner kami sudah mengantar dan menjelaskan di lokasi villa tersebut, namun dikarenakan luas tanah yang kurang sesuai dengan permintaan buyer maka transaksi belum bisa terjadi saat itu, jika transaksi terjadi maka fee adalah 5% dari 2.7M sekitar 135 juta rupiah. Kami tidak mau berandai-andai, memang itu belum rejeki jadi saya dan rekan-rekan tetep berusaha terus untuk tetap memasarkan bisnis properti ini. Dari cerita kasus terakhir tersebut yang ingin saya sampaikan adalah modal ratusan ribu untuk membangun sebuah website properti dan akhirnya memiliki kesempatan untuk menghasilkan profit ratusan juta rupiah, Andapun insyaAllah juga bisa !.
Untuk bisnis persewaan mobil tentu saja juga sudah kami lakukan. Keuntungan yang paling banyak adalah menyewakan mobil mewah seperti alphard, karena dengan 12 jam sewa saja, keuntungan sudah bisa mencapai 650rb-1juta rupiah, biasanya konsumen kami yang menyewa adalah 2-3 hari. Tentu saja keuntungan sangat menggiurkan dari bisnis ini. Namun semua itu tidak telepas juga dari kretaifitas saya dan rekan-rekan dalam mempromosikan website sewa mobil tersebut.
Dari sedikit cerita kedua bisnis tersebut bahwa pada intinya yang ingin saya sampaikan adalah kita bisa menangkap peluang bisnis apa saja yang ada disekitar kita. Kreatifitas dan juga kejelian dalam menangkap kesempatan untuk membuka bisnis baru adalah mutlak untuk kita usahakan. Jangan berpikir modal terbatas, marilah kita berpikir dengan modal yang ada, bisnis usaha apa yang bisa kita jalankan. Peluang usaha yang ada disekitar kita tidak selalu menuntut deengan modal finansial yang besar kan. Dengan modal yang minim bisa saja dilakukan. Sebagai contoh kasus saya dan rekan-rekan yang masih belajar dalam memanfaatkan bisnis properti dan juga sewa mobil.
Semoga sedikit gambaran cerita tersebut bisa memberikan inspirasi bisnis untuk kita semua. Tetap semanngat dan jangan lupa ya untuk mengunjungi sponsor kami yang ada disamping jika sudah selesai membaca dan ingin meninggalkan blog ini. Ohya apakah Anda ingin update ide-ide bisnis yang ada di blog ini melalui twitter? jika iya silahkan follow saja
Terima Kasih

http://www.nekatusaha.com/2012/12/bisnis-mudah-modal-ratusan-ribu-raup.html

Rabu, 30 Oktober 2013

Shalahuddin Albi Al-Ayyubi

Tepat pada tanggal 20 Oktober 2013 pukul 04.30, anak saya yang kedua lahir melalui persalinan yang normal, di rumah sakit Rajawali Citra, Banguntapan Bantul. Anak saya yang sedari awal melalui USG diprediksi berjenis kelamin laki-laki, akhirnya lahir dengan sehat dan selamat, baik secara jasmani maupun rohani.
Saya dan istri tentu sangat berbahagia, bersyukur kepada Allah Swt atas karunia dan anugerah, sekaligus amanat yang harus kami jalankan dengan sebaik-baiknya, untuk merawat, membesarkan, dan mendidiknya sesuai tuntunan agama. Kelak, harapan kami dia tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang tangguh dan hebat secara fisik, mental, dan pikiran.
Pada hari ketujuh, hari Jumat dari kelahirnya, kami sepakat memberinya nama Shalahuddin Albi Al-Ayyubi. Perihal pemilihan nama ini, sebelumnya saya sudah mencari-cari alternatif nama-nama, mulai dari tokoh-tokoh muslim, Barat, dari ilmuwan hingga tokoh pejuang, bahkan nama-nama keren khas nama anak zaman sekarang ini. Namun setelah melalui istikharoh, nama Shalahuddin Albi Al-Ayyubi lah yang saya pilih setelah bersepakat dengan istri.

Foto diambil pada pkl 08.00, 30 Oktober 2013.
 Awalnya, pada Jumat dinihari itu, saya bermimpi didatangi Shalahuddin Wahid (Gus Sholah). Entah bagaimana persisnya kedatangan Gus Sholah dalam mimpi itu, tiba-tiba beliau hadir begitu saja dalam mimpi, tanpa ia berkata sepatah kata pun. Tetapi saya dengan jelas melihat sosok itu adalah Gus Sholah, sebelum akhirnya saya terbangun dari mimpi.
Pagi harinya, sewaktu saya mandi, saya mulai mereka-reka nama yang tepat untuk nama saya, sambil mengingat-ingat mimpi. Akhirnya ketemu. Ya, saya putuskan (sementara) nama Shalahuddin, kemudian saya rangkai dengan tokoh pejuang Perang Salib, (Salahuddin) Al-Ayyubi. Dapat dibilang Shalahuddin Albi Al-Ayyubi sebagai perpaduan dari nama Shalahuddin (Wahid) dan (Shalahuddin) Al-Ayyubi. Tambahan lagi, Al-Ayyubi dapat dinisbatkan kepada salah seorang nabi, yakni Nabi Ayyub.
Sementara "Albi" semula saya niatkan sebagai nama panggilan semata, karena ia saya pungut dari akronim Al-Ayyubi (Albi). Tetapi setelah saya pikir-pikir, lebih baiknya saya jadikan juga ia sebagai nama (tengah). Lagi pula, kata Albi dalam bahasa Arab berarti "hati" (qolbun). Maka jadilah Shalahuddin Albi Al-Ayyubi.
Akhirnya, sebelum saya pergi ke kantor, saya diskusikan perihal filosofi nama ini dengan istri. Dan alhamdulillah istri sangat setuju, terlebih dengan "Albi" baik sebagai nama maupun nama panggilan.
Semoga Tuhan merestui ikhtiar kami, dan kami diberi kekuatan untuk menjalankan amanat ini. Untuk Albi, cepatlah besar Nak, jadilah pejuang yang tangguh, pribadi yang sholeh, dan berbakti kepada agama, nusa, dan bangsa. Glory glory glory Albi... !

Kamis, 17 Oktober 2013

Hujan Pertama Bulan Oktober

Ya, hujan kali pertama turun di Yogyakarta kemarin sore pukul 18.30 WIB. Walaupun tidak berlangsung lama dan tidak cukup deras, hanya berlangsung kurang lebih 10 menit, hujan itu setidaknya mampu meredam hawa panas yang terus berlangsung berhari-hari sebelumnya.

Bumi menguap, bau tanah segar beterbangan. Semua orang tentu senang dengan hujan pertama ini. Namun setelah itu, hawa panas justru lebih terasa dibandingkan sebelum-sebelumnya. Dan berlanjut hingga esok harinya.

Hujan pertama di bulan Oktober. Ibarat oase di tengah padang pasir nan terik. Semoga ini menjadi penanda yang baik bagi kita. Dan kita pun akan berhenti mengeluh panas dan gerah, sebagaimana kita tidak perlu mengeluh banjir jika hujan akan turun setiap hari nanti. Semua ada siklusnya.

Senin, 14 Oktober 2013

Hari ini setahun yang lalu

Hari ini setahun yang lalu, saya memutuskan menikah (lagi), setelah kurang lebih 4 tahun menjomblo. Saya memutuskan menikah dengan Musnif Istiqomah, perempuan Mojokerto, setelah berteman lebih dari 3 bulan lamanya. Saya memutuskan memilih dia sebagai teman sehidup semati setelah merenungi masukan dan saran-saran yang datang ke saya, baik dari keluarga, teman dekat maupun pihak-pihak yang ahli dalam perhitungan pernikahan. Semoga kami diberkati dan mendapat limpahan rahmat dari Allah Swt.
Hari ini setelah setahun berlalu, saya tentu saja sedang berbahagia. Saya sedang menanti lahirnya seorang anak dalam minggu-minggu ini, tepatnya pada 23 Oktober 2013 menurut HPL dokter kandungan. Menurut USG dokter pula, anak saya Insya Allah berjenis kelamin laki-laki. Bahagia rasanya. Puji syukur alhandulillah kepada Allah Swt. Semoga kami dimudahkan, dikaruniai keselamatan dan kesehatan lahir dan batin, jiwa dan raga, dunia dan akhirat. Amin....

Kamis, 10 Oktober 2013

Dramaturgi Transendental Seorang Pelacur


Aromanya tak menyesakkan napas meskipun ia seorang pengharum malam, karena ia memiliki sisi lain, yaitu panggung belakang/back stage, dari sekadar yang (di)tampak(kan) di panggung depan/front stage. Maka menghinalah pada apa yang tampak di panggung depan, tapi selamilah juga apa yang tak kau lihat di panggung belakang. Itulah dramaturgi transendental di balik novel Pusparatri, bila dilihat dari perspektif buku Agama Pelacur, karya Prof. Dr. Nursyam, M.Si, terbitan LKiS, 2010.
 Novel Pusparatri (2011) yang ditulis oleh Nurul Ibad MS, novelis yang mengambil seting penulisan novel-novelnya tentang dunia pesantren, diterbitkan oleh LKiS. Ini adalah novel pertama dari triologi Kharisma Cinta Nyai. Novel kedua berjudul Syuga Sonyaruri (2012) dan novel ketiga berjudul Ni Luh Tantri (akan terbit, 2014). Novel Pusparatri sebenarnya merupakan sekuel dari novel Nareswari Karennina, (diterbitkan oleh Matapena-LKiS, 2009).
Apa yang menyambungkan antara Pusparatri dan Agama Pelacur adalah pada perspektifnya dalam melihat fenomena kehidupan perempuan yang berprofesi sebagai pelacur. Seorang pelacur, baik yang freelance maupun yang terorganisasir, sesungguhnya merupakan refleksi dari wajah kita sebagai anak bangsa. Pelacur harus menampilkan diri dalam berbagai wajah (panggung depan) di saat hatinya sedang risau dan tertekan; harus selalu tersenyum untuk melayani pelanggan. Pahadal kita tahu, apa yang ditampilkan (panggung depan) belum tentu menggambarkan apa yang senyatanya terjadi di panggung belakang. Dan kita sering kali hanya melihat dari tampilan luarnya dan menapikan sisi terdalamnya, sisi yang sangat hening, dunia yang tersembunyi, dunia sepinya dengan Tuhannya, yang tak perlu diumbar. Itulah bilik hati seorang pelacur yang terhubung langsung dengan bilik Sang Pencipta, yang sejatinya tidak pernah mengajarkannya untuk melacurkan dirinya, kecuali kepada Tuhannya. Demikianlah dunia Pusparatri, ia tak lebih dari sekadar perempuan kembang, tak lebih dari sekadar pengharum malam-malam laki-laki tatkala purnama merekah di bukit Ambulu.

Sementara buku Pak Nur Syam mengupas banyak hal yang sebenarnya menjadi ruang terdalam dari pergulatan para pelacur yang selama ini tidak terpikirkan oleh banyak orang sehingga belum terungkap ke publik, yakni penghayatan dan apresiasi para pelacur terhadap Dzat Yang Maha Kuasa. Di saat kuasa lain menyudutkan dia, ada kuasa lain yang memberikan tempat mendengar keluh kesahnya, menjadi peneguh saat mengalami keputusasaan, dan menjadi sandaran tempat berharap untuk kehidupannya yang lebih baik lagi, itulah kuasa Tuhan.
Tuhan dalam diri pelacur tentu bukanlah sosok Tuhan yang mengalami institusionalisasi sebagaimana layaknya yang sering diuangkap dalam bahasa kaum agamawan. Tuhan bagi seorang pelacur dimensinya sangat personal. Tuhan yang belas kasih. Yang memandang apa adanya. Tuhan selalu hadir kapan saja dan di mana saja. Tuhan yang membuat kaum agamawan tak mampu lagi memonopoli sebagai pemilik tunggal. Tuhan yang selalu dekat bahkan dari ulat leher manusia, bagi siapa pun yang berkehendak merindukan dan membutuhkannya, termasuk pelacur. Ya, karena pelacur juga manusia, ia pun tak dapat melepaskan diri dari kuasa Tuhan. Sekalipun pandangan masyarakat menilai pelacur itu amoral, pendosa, jauh dari ajaran Tuhan, hakekat kemanusiannya tetap selalu membutuhkan eksistensi dan dzat yang objektif yang dapat memandang diri dan kehidupannya secara utuh dan apa adanya. Tuhan dalam penghayatan kaum pelacur menjadi ruang mediatif dan memiliki fungsi integratif. Apa yang pernah diungkapkan oleh Rudolf Otto tentang pergolakan jiwa manusia terhadap sang maha kuasa sebagai pergolakan tremendum dan fascinans. Manusia sebagaimana pergolakan jiwa yang dialami oleh pelacur yang memandang Tuhan dengan perasaan takut, akan tetapi juga tertarik. Takut karena ia berada dalam realitas keterpurukan menjalani profesi pendosa sebagaimana dalam bahasa agama. Tertarik karena hanyalah Tuhan sosok yang maha belas kasih, dan kekuatan tempat menaruh harap agar dapat lepas dari lembah nista pelacuran. Konteks pergolakan jiwa ini tercermin dari perilaku para pelacur yang rajin memberikan infaq dan shodaqoh untuk kegiatan keagamaan.
Apa yang kita petik dari kedua buku di atas adalah di dalam diri Pusparatri, di dalam para pelacur, di dalam diri koruptor, perompak, pengkhianat, dan para kufur lainnya, Tuhan tak bosan-bosannya memberikan inspirasi dan mengajaknya kembali ke jalan yang benar.
Wallahu a’lam...

Jumat, 04 Oktober 2013

Ihaq, Makelar Jodoh Paling Oke



Moh. Ishaq (alm., 70 tahun), tetangga desa saya, biasa dipanggil Ihaq (tanpa S; di kampungku pengucapan nama-nama sangat banyak yang disingkat demi kemudahannya), dikenal sebagai makelar jodoh paling oke. Ia buta-huruf tapi licin bercuap-cuap (maklum makelar), jauh-dekat setia dengan onthel kesayangannya (karena memang tidak bisa mengoperasikan alat transfortasi berbahan bakar bensin), pakai sarung lengkap dengan kopiah hitamnya, baju koko/taqwa kadang batikan (tergantung hajatnya, tapi soal kopiah hitam, baginya seakan sudah tak bisa ditawar-tawar lagi, dan harus dipakai—tapi dia tidak botak, lho...!). Cara tertawanya yang sangat tipikal, karena gigi palsunya akan tampak jelas bergoyang-goyang di bibir-mulut yang mulai menghitam karena asap rokok. Murah senyum, mudah tertawa, saking murahnya, melihatnya saja sudah bikin orang sekampung-dua kampung tak kuasa menahan tawa.
Hampir semua warga terutama dari dua desa (desa saya dan desa Ihaq) mengenalnya akrab, mulai dari anak-anak usia SD, yang sekadar menyapanya bahkan tak jarang menggodanya, hingga orang-orang dewasa. Saat itu pun saya masih berusia belasan tahun, jadi sering juga menyapanya akrab, sangat akrab, seakan-akan kami tak dipisahkan oleh jarak usia yang puluhan tahun. Bukan karena saya yang berusaha mengakrabkan diri, tetapi pribadi dia yang mudah akrab dengan siapa pun. Kepada yang muda dia berbicara sebagai orang muda, kepada yang tua berbicara sebagaimana layaknya antar-orangtua (madura: enggi-bunten).
Secara formal, ia tak punya kerjaan apa-apa, selain jadi makelar jodoh. Tidak juga bertani, sebagaimana umumnya orang kampung; tidak juga berniaga (kecuali ada tawaran jual-beli keris yang diyakini “sakti”). Satu-satunya kerjaan setiap harinya, ya itu tadi: Makelar jodoh. Entah kapan dan dari mana profesi ini ia sayangi, karena secara intitusional dia tidak mendeklarasikan dirinya sebagai biro jodoh, yang setiap harinya hanya duduk-duduk didatangi orang-orang, atau ditelepon seseorang.
Tapi inilah kelebihannya, kelebihan yang tidak dimiliki warga sekampung saya. Ia sangat disayang, semua warga menganggapnya lebih dari saudara, lebih dari seorang orangtua biasa, lebih dari seorang karib biasa. Seakan-akan tiada ada hari yang cerah tanpa kehadirannya. Karena sikapnya yg ramah dan bersahaja, rezeki pun tak henti-hentinya mengalir dari setiap tuan rumah yang dikunjunginya, sekalipun hanya secangkir kopi Akoncok Paek di pagi dan malam hari plus sebatang-dua batang rokok, bonus makanan ala kadarnya. Setiap hari hampir selalu begitu, tak ada bosan-bosanya, dari satu kursi rumah ke kursi rumah lainnya. Tidak berpantang pada apapun yang ada di depannya, pada apa yang diresahkan warga, kurang senang melihat sesuatu yang tidak beres—seperti meja kotor, kotoran ayam mengganggu pandangan mata di halaman rumah, baju jemuran tetangga kehujanan, dst. Dialah orang pertama yang mengatasi ketidakberesan-ketidakberesan itu.
Sayang, ia sudah menghadap Yang Maha Kuasa beberapa tahun yang silam, dan saya tidak sempat melayatnya, padahal jasanya, kebersahajaannya, menyatupadunya dengan warga kampung, masih didamba oleh warga sekampung.